Masalah
terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi,
sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan berwarna
pandangan atau paham filsafatnya. Jawaban yang paling sederhana tentang
terjadinya pengetahuan ini apakah berfilsafat apriori atau aposteriori. (Abbas
Hamami M., 1982, hlm. 11):
Pengetahuan apriori adalah pengetahuan
yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indra maupun
pengalaman batin.
Pengetahuan apoteriori adalah
pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman dan bertumpu pada kenyataan
objektif.
Menurut
John Hospers dalam bukunya An
Introduction to Philosophical Analysis dalam Surajiyo (2005: 55) mengemukakan
ada enam alat untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:
1. Pengalaman
indra (sense experience)
2. Nalar
(reason)
3. Otoritas
(authority)
4. Intuisi
(intuition)
5. Wahyu
(revelation)
6. Keyakinan
(faith)
1.
Pengalaman
Indra (sense experience)
Orang sering merasa
bahwa pengindraan adalah alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan.
Memang dalam hidup manusia tampaknya pengindraan adalah satu-satunya alat untuk
mencerap segala objek yang ada di luar diri manusia. Karena terlalu menekankan
pada kenyataan, paham demikian dalam filsafat disebut realisme. Relaisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa semua
yang dapat diketahui hanya kenyataan. Jadi, pengetahuan berawal dari kenyataan
yang dapat diindrai.
2.
Nalar
(reason)
Nalar
adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih
dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Asas-asas pemikiran:
Principium
Identitas = sesuatu itu mesti sama dengan dirinya
sendiri/asas kesamaan (A=A).
Principium
Contradictionis = dua paham yang bertentangan, tidak
mungkin benar dalam waktu yang bersamaan (asas pertentangan).
Principium
Tertii Exclusi = apabila dua pendapat yang berlawanan
tidak mungkin keduanya benar dan tidak mungkin keduanya salah (asas tidak ada
kemungkinan ketiga).
3.
Otoritas
(authority)
Otoritas
adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh
kelompoknya yang memiliki kewibawaan.
4.
Intuisi
(intuition)
Intuisi
adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui proses kejiwaan tanpa
suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan berupa
pengetahuan. Peran intuisi sebagai sumber pengetahuan adalah kemampuan dalam
diri manusia yang dapat melahirkan pernyataan-pernyantaan berupa pengetahuan.
5.
Wahyu
(revelation)
Wahyu
adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk kepentingan
umatnya.
6.
Keyakinan
(faith)
Keyakinan
adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.
A.
Jenis-Jenis
Pengatahuan
Pengatahuan
menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas:
1. Pengatahuan
nonilmiah
Pengatahuan yang diperoleh dengan
menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah.
Segenap hasil pemahaman manusia atas
sesuatu atau objek tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil penginderaan, hasil penglihatan,
hasil pembauan, hasil pengacapan lidah dan hasil perabaan kulit.
2. Pengetahuan
ilmiah
Segenap hasil pemahaman manusia yang
diperoleh dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
Tingkatan
Pengatahuan menurut Plato dan Aristoteles:
1. Pengetahuan
Eikasia (Khayalan)
Pengathuan berupa bayangan atau gambaran
Seseorang yang mengkhayal bahwa dirinya
pada saat tertentu mempunyai rumah mewah, besar dan indah dilengkapi kendaraan
sehingga khayalannya ini terbawa mimpi.
2. Pengatahuan
Pistis (Substansial)
Hal-hal yang tampak dalam dunia
kenyataan atau dapat diindrai secara langsung.
Disebut Zooya, mendekati suatu keyakinan (kepastian yang bersifat
pribadi/kepastian subjektif)
Pengatahuan ini mengandung nilai
kebenaran apabila mempunyai pendengaran yang baik, penglihatan normal serta indra
yang normal.
3. Pengatahuan
Dianoya (Matematik)
Tingkat yang ada di dalamnya sesuatu
yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak, juga terletak pada
bagiamana cara berpikirnya.
Contoh, para ahligeometri atau
matematika, yang kajiannya matematika yakni suatu yang harus diselidiki dengan
akal budi melalui gambar-gambar, diagram kemudian ditarik suatu hipotesis.
Hipotesis ini diolah terus hingga sampai
pada kepastian.
4. Pengatahuan
Noesis (Filsafat)
Objeknya arche yakni prinsip yang
mencakup epistimologis dan metafisik.
Pengetahuan pikir, tetapi tidak lagi
menggunakan pertolongan gambar atau diagram melainkan dengan pikiran yang
sungguh-sungguh abstrak.
Tujuan untuk kebaikan, kebenaran dan
keadilan
B.
Pengetahuan,
Ilmu Pengetahuan dan Science
Pengetahuan adalah hasil tahu manusia
terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang
dihadapinya, hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
Ilmu pengetahuan dari kata bahasa
Inggris science, yang berarti mempelajari
dan mengetahui
The Liang Gie memberikan pengertian ilmu
adalah rangkaian aktifitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode
untuk memperoleh pemahaman rasional empiris menganai dunia ini dalam berbagai
seginya dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala
yang ingin dimengerti manusia.
Menurut kamus Webster
New World Dictionary, kata science berasal dari kata latin, scire
yang artinya mengetahui. Secara bahasa science berarti “keadaan atau fakta mengetahui dan
sering diambil dalam arti pengetahuan (knowledge) yang dikontraskan melalui
intuisi atau kepercayaan.
Sains hanya dibatasi pada bidang-bidang
empirisme–positiviesme sedangkan ilmu melampuinya dengan nonempirisme seperti
matematika dan metafisika (Kartanegara, 2003).
Agus Comte dalam Scientific Metaphysic, Philosophy, Religion
and Science, 1963 membagi tiga tingkat perkembangan ilmu pengetahuan yaitu:
religius, metafisic dan positif.
C.
Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol
bunyi yang arbitrer yang dipergunakan
oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi.
Bahasa adalah suatu sistem yang
berstruktur dari simbolsimbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para
anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
Dengan kemampuan kebahasaan akan
terbentang luas cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas dunia baginya. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Wittgenstein yang menyatakan: “batas bahasaku
adalah batas duniaku”.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa
fungsi bahasa adalah: (1) Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat. (2)
Penetapan pemikiran dan pengungkapan.(3) Penyampaian pikiran dan perasaan. (4)
Penyenangan jiwa.(5) Pengurangan kegoncangan jiwa.
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal
yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat
berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada
orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif.
Dengan kata lain, kegiatan berpikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan
bahasa. Bahasa ilmiah adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah.
No comments:
Post a Comment