Thursday, February 28, 2013

ILMU DAN BAHASA


BAB VIII
ILMU DAN BAHASA
26. Terminologi : Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan Sains?
*      Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
*      Ilmu pengetahuan dari kata bahasa Inggris science, yang berarti mempelajari dan mengetahui
*      The Liang Gie memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktifitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman rasional empiris menganai dunia ini dalam berbagai seginya dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
*      Menurut kamus  Webster New World Dictionary, kata  science berasal dari kata latin,  scire yang artinya mengetahui. Secara bahasa science  berarti “keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam arti pengetahuan (knowledge) yang dikontraskan melalui intuisi atau kepercayaan.
*      Sains hanya dibatasi pada bidang-bidang empirisme–positiviesme sedangkan ilmu melampuinya dengan nonempirisme seperti matematika dan metafisika (Kartanegara, 2003).
*      Agus Comte dalam  Scientific Metaphysic, Philosophy, Religion and Science, 1963 membagi tiga tingkat perkembangan ilmu pengetahuan yaitu: religius, metafisic dan positif.
Dua Jenis Ketahuan
Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindera dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya dan mengabstrakan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk “ketahuan” umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan filsafat. Terminology ketahuan ini adalah terminologi artificial yang bersifat sementara sebagai alat analisis yang pada pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dalam produk kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu. Apa yang kita peroleh dalam proses mengetahui tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan kegunaannya kita masukkan ke dalam kategori yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa Inggris sinonim dari ketahuan ini adalah knowledge.
Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminology generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, bela diri, cara menyulam dan biologi itu sendiri. Jadi biologi termasuk ke dalam ketahuan(knowledge) seperti juga ekonomi, matematika dan seni. Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok ketahuan (knowledge) ini terdapat tiga kriteria yaitu;
1.      Apakah objek yang ditelaah membuahkan ketahuan (knowledge) tersebut? Kriteria ini disebut juga obyek ontologis.
2.      Cara yang dipakai untuk mendapatkan ketahuan (knowledge) tersebut; atau dengan perkataan lain, bagaimana cara mendapatkan ketahuan (knowledge) itu?. Kriteria ini disebut juga obyek epistemologis. Misalnya landasan epitemologis matematika adalah logika deduktif dan kebiasaan adalah pengalaman dan akal sehat.
3.      Untuk apa ketahuan (knowledge) itu dipergunakan atau nilai kegunaan? Landasan ini termasuk ke dalam landasan aksiologis. Misalnya nilai kegunaan filsafat atau fisika nuklir jelas berbeda dengan seni pencak.
Jadi seluruh bentuk dapat digolongkan ke dalam kategori ketahuan (knowledge) dimana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh karakteristik objek ontologism, epistemologis dan aksiologis. Bentuk ketahuan ini ditandai dengan;
1.      Obyek ontologis: pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau lewat pancaindra atau alat yang membantu kemampuan pancaindra.
2.      Landasan epitemologi: metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut logico-hyphotetico-verifikasi.
3.      Landasan aksiologi: kemaslahatan manusia artinya segenap ujud ketahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
Beberapa Alternatif
1.      Menggunakan ilmu pengetahuan atau science dan pengetahuan untuk knowledge. Kelemahan knowledge merupakan terminologi generik dan science adalah anggota dari kelompok tersebut dan terminologi ilmu pengetahuan utnuk science dimana biologi disebut ilmu hayat sedangkat fisika adalah ilmu pengetahuan alam.
2.      Didasarkan kepada asumsi bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah dua kata benda yaitu ilmu dan pengetahuan. Lebih lumrahnyakata pengetahuan untuk knowledge dan ilmu untuk science.

Sains: Adopsi yang Kurang Dapat Dipertanggungjawabkan
1.      Sains adalah terminologi dari bahasa Inggris yaitu science. Scientist adalah sainswan atau saintis.
2.      Terminologi science dalam bahasa asalnya sering dikaitkan dengan natural science seperti teknik. Termonologi science sering dikaitkan dengan teknologi. Hal ini menimbulkan jurang antara ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam.
Pendapat Wittgeinstein mengenai hal tersebut yakni pertanyaan yang terkandung dalam karya filsafat adalah tidak salah namun nonsensical. Kebanyakan pertanyaan dalam filsafat ditimbulkan oleh kegagalan kita untuk memahami logika dari bahasa kita sendiri.
Quo Vadis?
Alasan perubahan terminologi ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge:
1.      Ilmu adalah sebagian dari pengetahuan(genus).
2.      Ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yakni ciri-ciri ilmiah.
3.      Ilmu pengetahuan adalah ilmu yang bersifat pengetahuan, pengetahuan yang bersifat ilmiah.
4.      Ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai ilmu dan pengetahuan
5.      Ilmu adalah genus dimana terdapat bermacam spesies.
6.      Ilmu pengetahuan sinonim dari scientific knowledge.
7.      Ilmu adalah sinonim dengan knowledge
Dengan demikian hasil KIPNAS III ilmu pengetahuan untuk scientific knowledge, ilmu untuk knowledge dan pengetahuan untuk science, harus diadakan beberapa perubahan antara lain:
1.      Metode ilmiah harus diganti dengan pengetahuan
2.      Ilmu-ilmu sosial harus diganti dengan pengetahuan-pengetahuan sosial
3.      Ilmuwan harus diganti dengan ahli pengetahuan
Terlepas dari beberapa pendapat diatas, saya melihat bahwa polarisasi kepentingan politik terhadap ilmu kini muncul dari segala penjuru. Tak hanya dalam ilmu-ilmu kealaman, namun juga, (apalagi) dalam ilmu-ilmu sosial.
Netralitas ilmu untuk (menjaga) objektifitas ilmu, seperti yang sudah diklaim oleh kerajaan sains abad 17, netralitas ilmu itu sendiri sesungguhnya boleh dikatakan “relatif” jika ditilik dari kepentingan politik (dalam dua pengertiannya itu).
Disinteretedness, menurut Merton, mengandung arti tiadanya kepentingan personal dalam kaitan menerima atau menolak sebuah gagasan (Ziman, 1984: 85). Originalitas gagasan adalah diatas segala-galanya dan karena itu hadirnya asumsi diluar kepentingan (yang bisa meruntuhkan originalitas gagasan) ilmu, mesti ditolak.
Pertanyaannya, apakah dalam merangkai konsep dan relasi struktur term konseptual ilmu itu, ilmuwan sungguh-sungguh terbebas dari disinteretedness? Jawabannya, tidak bebas dari kepentingan. Tetap selalu ada kepentingan yang turut serta terlibat dari eksternal ilmu. Bahkan, sebuah ideologi begitu kuasa memainkan peranan berarti, sampai-sampai, Baltas menyebutnya sebagai bentuk kebohongan jurisdiksi pada permainan struktur internal.
Misalnya, dalam sebuah pembuktian Teori Evolusi Harun Yahya, jelas sekali termuat rembesan sebuah kepentingan (agama). Tak ada jaminan terhadap originalitas karena Yahya seolah melakukan “penyimpulan mendadak” yang seluruh kesimpulan itu diarahkan pada keniscayaan kebesaran suatu agama tertentu (Islam)
Akhirnya pemahaman terhadap netralitas ilmu harus sampai pada titik simpul bahwa tidak ada yang sungguh-sungguh netral dalam proses mengetahui. Ilmu berkembang tidak dari ruang kosong. “Pengetahuan ilmiah”, seperti dipercaya Stephen Weldon, “tidak semata-mata otonomi berdasarkan prinsip universal-rasionalitas, tetapi secara langsung terkait dengan konstruksi sosial” (2002: 375).
27.  Terjadinya Pengetahuan
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan berwarna pandangan atau paham filsafatnya. Jawaban yang paling sederhana tentang terjadinya pengetahuan ini apakah berfilsafat apriori atau aposteriori. (Abbas Hamami M., 1982, hlm. 11):
*      Pengetahuan apriori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indra maupun pengalaman batin.
*      Pengetahuan apoteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman dan bertumpu pada kenyataan objektif.
Menurut John Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosophical Analysis dalam Surajiyo (2005: 55) mengemukakan ada enam alat untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:
1.      Pengalaman indra (sense experience)
2.      Nalar (reason)
3.      Otoritas (authority)
4.      Intuisi (intuition)
5.      Wahyu (revelation)
6.      Keyakinan (faith)
1.      Pengalaman Indra (sense experience)
Orang sering merasa bahwa pengindraan adalah alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan. Memang dalam hidup manusia tampaknya pengindraan adalah satu-satunya alat untuk mencerap segala objek yang ada di luar diri manusia. Karena terlalu menekankan pada kenyataan, paham demikian dalam filsafat disebut realisme. Relaisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui hanya kenyataan. Jadi, pengetahuan berawal dari kenyataan yang dapat diindrai.
2.      Nalar (reason)
Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Asas-asas pemikiran:
*      Principium Identitas = sesuatu itu mesti sama dengan dirinya sendiri/asas kesamaan (A=A).
*      Principium Contradictionis = dua paham yang bertentangan, tidak mungkin benar dalam waktu yang bersamaan (asas pertentangan).
*      Principium Tertii Exclusi = apabila dua pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar dan tidak mungkin keduanya salah (asas tidak ada kemungkinan ketiga).
3.      Otoritas (authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya yang memiliki kewibawaan.
4.      Intuisi (intuition)
Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan berupa pengetahuan. Peran intuisi sebagai sumber pengetahuan adalah kemampuan dalam diri manusia yang dapat melahirkan pernyataan-pernyantaan berupa pengetahuan.
5.      Wahyu (revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk kepentingan umatnya.
6.      Keyakinan (faith)
Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.
A.    Jenis-Jenis Pengetahuan
Pengatahuan menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas:
1.      Pengetahuan nonilmiah
*      Pengatahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah.
*      Segenap hasil pemahaman manusia atas sesuatu atau objek tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
*      Hasil penginderaan, hasil penglihatan, hasil pembauan, hasil pengacapan lidah dan hasil perabaan kulit.
2.      Pengetahuan ilmiah
*      Segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
Tingkatan Pengatahuan menurut Plato dan Aristoteles:
1.      Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
*      Pengathuan berupa bayangan atau gambaran
*      Seseorang yang mengkhayal bahwa dirinya pada saat tertentu mempunyai rumah mewah, besar dan indah dilengkapi kendaraan sehingga khayalannya ini terbawa mimpi.
2.      Pengatahuan Pistis (Substansial)
*      Hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau dapat diindrai secara langsung.
*      Disebut Zooya, mendekati suatu keyakinan (kepastian yang bersifat pribadi/kepastian subjektif)
*      Pengatahuan ini mengandung nilai kebenaran apabila mempunyai pendengaran yang baik, penglihatan normal serta indra yang normal.
3.      Pengatahuan Dianoya (Matematik)
*      Tingkat yang ada di dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak, juga terletak pada bagiamana cara berpikirnya.
*      Contoh, para ahligeometri atau matematika, yang kajiannya matematika yakni suatu yang harus diselidiki dengan akal budi melalui gambar-gambar, diagram kemudian ditarik suatu hipotesis.
*      Hipotesis ini diolah terus hingga sampai pada kepastian.
4.      Pengatahuan Noesis (Filsafat)
*      Objeknya arche yakni prinsip yang mencakup epistimologis dan metafisik.
*      Pengetahuan pikir, tetapi tidak lagi menggunakan pertolongan gambar atau diagram melainkan dengan pikiran yang sungguh-sungguh abstrak.
*      Tujuan untuk kebaikan, kebenaran dan keadilan
28. Politik Bahasa Nasional
Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi yaitu:
1.      Sebagai sarana komunikasi antar manusia (funsi komunikatif).
2.      Sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut (fungsi kohesif atau integratif).
Pada tanggal 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia telah memilih Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Alasan yang utama adalah ditekankan fungsi kohesif Bahasa Indonesia sebagai sarana untuk mengintegrasikan berbagai suku kedalam satu bangsa yakni Indonesia.
Bahasa merupakan alat komunikasi mencakup tiga unsur yakni:
1.      Bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif)
2.      Berkonotasi sikap (afektif).
3.      Berkonotasi pikiran atau penalaran
Untuk contoh dari unsur tersebut misalnya:
1.      Fungsi emotif dan afektif: kemajuan di bidang seni terkait dengan perkembangan bahasa.
2.      Fungsi penalaran: bidang keilmuan terkait dengan perkembangan bahasa
Fungsi utama dari bahasa yaitu fungsi komunikatif dan kohesif. Agar dapat mencerminkan kemajuan zaman maka fungsi komunikasi bahasa harus secara terus-menerus dikembangkan, namun walaupun demikian harus secara sadar dan waspada kita jaga, agar fungsi kohesif dari bahasa Indonesia merupakan milik yang sangat berharga dalam berbangsa dan bernegara, mungkin bahkan lebih ditinggikan lagi Perkembangan bahasa tidak dilepaskan dari sektor-sektor lain yang juga tumbuh dan berkembang.
*      Bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer  yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk  berkomunikasi.
*      Bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbolsimbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
*      Dengan kemampuan kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas dunia baginya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wittgenstein yang menyatakan: “batas bahasaku adalah batas duniaku”. 
*      Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah: (1) Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat. (2) Penetapan pemikiran dan pengungkapan.(3) Penyampaian pikiran dan perasaan. (4) Penyenangan jiwa.(5) Pengurangan kegoncangan jiwa. 
*      Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif. Dengan kata lain, kegiatan berpikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan bahasa. Bahasa ilmiah adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah.

No comments:

Post a Comment